I think I take everything too seriously. I’d been staring at this screen for hours, trying to get something out of my head, pondering the ‘right’ composition of words that’s worth to share. However, ideas were running away, hiding somewhere in my labyrinth mind. Everything seems too ordinary. Then I played one of my favorite Korean Drama Soundtrack Crazy in Love (Brilliant Legacy) which is sang by Ji Sun. It reminds me of my trip to Bandung last year and this is the notes that I made on my way to the Paris van Java ( I wrote it in Bahasa, though).
Aku lupa bagaimana awalnya, tapi begitu aku membuka mata yang bisa aku rasakan hanyalah dinginnya Air Conditioner yang merembes masuk, menembus jaketku. Ku lemparkan pandanganku keluar jendela dan sepertinya keadaan di luar sana juga sama. Awan kelabu menggantung rendah di udara sore yang semakin lama semakin sejuk. Pohon-pohon dan semak yang sama hijaunya, basah oleh embun, muncul silih-berganti bagaikan slide di frame jendela mobil yang ku tumpangi. Suara deru mesin mobil, yang melaju di atas tol, berebut dengan musik yang mengalun lembut ditelingaku. Perlahan gerimis mulai turun, membuat percikan-percikan kecil pada kaca mobil, memberi efek berbeda pada sisa perjalanan yang ku tempuh.
Kabut putih, tipis awalnya, menutupi perbukitan. Sungai berair coklat mengalir penuh emosi, mengikuti alurnya yang membatasi dua dataran dengan tidak sabaran. Menghantam batu-batu kecil di jalur mereka. Dari jauh, mereka tak tampak begitu mengerikan, hanya memberiku gambaran lain dari jalan yang aku lewati. Di sisi lain, cukup jauh dari situ, sebuah mata air keluar dari dinding bukit, mengalir tenang.
Jauh di depan, sebuah rel kereta api melintang, menopang gerbong-gerbong putih tua yang berlari diatasnya, mengepulkan asap yang sama kelamnya dengan awan di langit. Ini kali pertama aku melihat kereta api sungguhan bergerak dihadapanku, well, jauh di depanku.
Kota itu mulai tampak dari kejauhan. Dia tampak sangat kecil, hanya seperti replika yang nyata, membentang luas ditengah dinding tanah yang berbukit-bukit, dengan warna kusam yang sama, berpadu dengan hijaunya pohon-pohon.
Bangunan-bangunan kecil itu, tampak lebih besar dari sebelumnya. Semakin besar dan nyata saat mobil mini van itu memasuki jalanan kota. Pohon-pohon mulai berganti beton yang berwarna-warni. Mereka berdiri di tepi jalan beriringan dengan papan-papan iklan menyambut kedatanganku. Hari semakin senja dan hujan semakin deras menghantam kaca jendela. Warna-warna itu mulai tampak sama, tapi pemandangan kota justru semakin jelas. Hiruk-pikuk keramaian mulai terasa. Dan hal pertama yang menyapa adalah deretan kendaraan, yang berjejer rapi, bergerak sedikit demi sedikit ke depan.
Inikah kota yang begitu terkenal itu? Bandung?
No comments:
Post a Comment